Satu-satunya Pelari

Walaupun hanya pelari amatir, saya berusaha menjaga jadwal latihan saya terpenuhi. Tiga kali lari, yaitu dua kali di hari kerja sejauh 6 sampai 9 km, dan satu kali lari jauh di akhir pekan sejauh 15 sampai 30 km. Sejak minggu pertama saya datang ke kota kecil ini saya sudah berlari – seringnya – sendiri. Rupanya, berlari merupakan kegiatan yang langka dilakukan oleh orang-orang di sini. Kabarnya, ada satu lomba lari di akhir tahun, di mana hadiah utamanya adalah uang tunai sebesar Rp 8,000,000. Kalau ada run race di sini, pasti saya akan ikut!

Terkadang saya berjumpa dengan satu dua orang pelari di daerah sekitar hotel, mungkin mereka tamu di kota ini. Pernah juga bertemu dengan orang yang berpotongan rambut model tentara, dan sekali saya bertemu turis yang juga sedang lari pagi.

Seperti yang pernah saya ceritakan, saya seringkali menyapa orang-orang yang saya temui kala berlari. Dan merekapun mengingat saya. Hari ini saya pergi mengunjungi sebuah toko bangunan, dan orang yang melayani saya langsung menyapa, “Hei Ibu, Sabtu kemarin Ibu ada lari ke mana kah? Lewat depan sini”. Sabtu lalu itu saya sedang long run ke arah bandara. Beberapa hari lalu sepulang kerja saya pergi ke warung membeli makanan kecil. Sang pemilik warung menyapa, “Dari mana ko? Dari olah raga kah?”. Nah, pernah juga saya dan seorang teman pergi ke warung sejauh 1 km dari kos, lalu pemiliknya langsung menyapa saya, “Ko yang sering lari pagi toh?” (ini warung kedua di jalan tersebut yang mengenali saya di luar jam lari, tanpa baju lari pula).

Saya rasa cerita paling menarik tentang hal ini adalah ketika seorang staf kantor dari Bali datang berkunjung ke kota kami. Begitu keluar dari bandara, teman kami ini menaiki omprengan (di sini disebut taksi) dan berkata, “Pak, saya antar saya ke Waibalun”. Waibalun adalah daerah tempat kos kami berada. Sang supir taksi bertanya, “Waibalun mana, ko?”. Teman kami menjawab, “Dekat dari pelabuhan ferry”. Supir segera berkata, “Aah, ko kerja di LSM kah? Ada rumah di sana itu, orang-orang LSM, ada ibu yang suka lari”. Langsung teman kami menjawab, “Ya! Itu sudah!”.

Nah, walaupun alamatnya nggak jelas, ngga susah kan, kalo mau mengunjungi saya 🙂

Leave a comment